Senin, 31 Januari 2011

Paradigma Bisnis


Gambar diagram di atas saya kembangkan dari model paradigma perubahan sosial dan literatur buku-buku tentang kewirausahaan, perubahan dan paradigma. Memudahkan kita untuk melihat lebih jelas paradigma apa yang ada dalam diri kita dan orang-orang disekitar kita.

Apakah saya memiliki paradigma pengusaha? Apakah saya bisa sukses menjadi pengusaha?

Mengapa begitu banyak orang yang menentang dan tidak mendukung ketika saya ingin menjadi pengusaha (berwirausaha)?

Bagaimana pola pikir pengusaha, dan bagaimana saya bisa merubahnya?

Mengapa begitu banyak pengusaha yang gagal dan tidak sanggup bertahan? Mengapa begitu banyak pengusaha kecil dari pada pengusaha besar?

2 sumbu 4 Paradigma bisnis adalah media paling sederhana dan mudah diingat, yang akan membantu langkah-langkah kita menuju kesuksesan bisnis. Karena paradigma bagaikan peta yang memudahkan kita menemukan sebuah tujuan .

Memudahkan kita untuk berani terbuka dalam pendapat dan keinginan (tujuan) kita, tanpa harus merasa bersalah maupun menyalahkan. Memudahkan kita bersikap kritis dan instropektif, peka dan penuh empati, serta kreatif dan sinergis.

Misalnya menghadapi perbedaan paradigma di keluarga anda sendiri, di mana anda memiliki keinginan untuk menjadi pengusaha namun orang tua anda selalu menentang anda dan mendorong anda untuk menjadi pekerja. Apa alasannya, dan apakah anda dapat menerima alasan itu?

Atau kasus dengan teman anda sendiri, yang lama setelah lulus sekolah atau kuliah tetap menganggur, dan selalu menunggu untuk mendapatkan lowongan pekerjaan, tanyakan kenapa dia melakukan itu, mengapa dia tidak mencoba wirausaha?

MAKNA 2 SUMBU
Sumbu pertama (sumbu horinsontal), cara kita melihat atau menginginkan posisi diri kita dalam mendapatkan uang (kekayaan).
  • Ingin menjadi Subyek (S) dengan berwirausaha atau memiliki usaha sendiri.
  • Ingin menjadi Obyek (O) dengan menjadi pekerja (buruh), atau investor.

Sumbu kedua (sumbu vertikal), cara kita melihat atau menginginkan uang (kekayaan) yang bisa didapatkan dari usaha (kerja) kita.
  • Menginginkan kebebasan pendapatan (bebas finansial). Berpikir bahwa uang (kekayaan) sebagai sesuatu yang tidak terbatas atau bisa berkembang secara bebas dari usaha (kerja) yang dilakukan.
  • Menginginkan keteraturan pendapatan. Berpikir bahwa uang (kekayaan) sebagai sesuatu yang terbatas dan membatasi tujuannya dalam mendapatkan uang.

CIRI-CIRI dari 4 PARADIGMA BISNIS
Ciri-ciri di bawah ini bisa kita jadikan alat bantu untuk menilai paradigma apa yang ada dalam diri kita dan paradigma apa yang dimiliki oleh orang-orang disekitar kita.

Kelompok I : Paradigma Pekerja (Buruh)
  1. Ingin menjadi pekerja (buruh), pada perusahaan kecil atau perusahaan besar, formal atau informal.
  2. Ingin di gaji, bukan menggaji. Menginginkan pendapatan yang teratur dan mapan, baik harian, mingguan, atau bulanan. Pendapatan keuangan mereka diatur dan dibatasi oleh orang lain atau pemilik perusahaan. Upaya terbaik yang bisa mereka lakukan adalah mendapatkan gaji sebesar mungkin.
  3. Semua jenis pekerjaan yang dilakukan untuk mendapatkan gaji, bisa dimasukkan dalam kelompok ini. Mulai sopir pribadi, pembantu rumah tangga, office boy, salesman, manajer, direktur dan presiden direktur, termasuk pegawai negeri sipil (PNS)
  4. Menginginkan resiko yang paling kecil dalam usaha mereka mendapatkan uang. Resiko paling tinggi adalah dipecat dari pekerjaan. Sehingga jabatan PNS menempati posisi paling di cari oleh kebanyakan orang yang memiliki paradigma pekerja (buruh), karena memiliki resiko paling kecil untuk dipecat.
  5. Ingin aman dan tidak mau repot. Sulit menerima kegagalan atau kerugian, dan belajar bahwa kegagalan adalah awal dari kesuksesan.
  6. Berpikir jangka pendek, dan ingin cepat hasil (hasil cepat). Bekerja dan mendapatkan hasilnya. Cenderung sinis terhadap pengusaha yang belum sukses, karena ketidakmampuannya dalam membangun perspektif jangka panjang.
  7. Memiliki kecenderungan untuk menjadi orang yang konsumtif. Begitu ada uang akan segera habis untuk kebutuhan hidupnya misalnya berbelanja. Dalam banyak kasus bahkan mereka lebih suka menggunakan pinjaman (kredit) untuk kebutuhan konsumtif misalnya kredit rumah atau mobil.
  8. Menurut berbagai statistik, paradigma pekerja (buruh) dimiliki oleh sebagian besar masyarakat atau sekitar 80 sampai 85%.

Kelompok II : Paradigma Pengusaha Kecil / Pekerja Lepas
  1. Tidak suka bekerja pada orang lain dan lebih suka berkerja secara mandiri, namun membatasi untuk kerjasama atau mempekerjakan orang lain. Tidak ingin memiliki atasan atau bos maupun tidak ingin punya banyak karyawan (cenderung tidak ingin repot dan ingin yang bersifat taktis).
  2. Ingin keuntungan bisnisnya bisa dimiliki sendiri tanpa harus banyak berbagi dengan orang lain.
  3. Sistem kerja berpusat dan tergantung pada dirinya sendiri, dengan mengontrol seluruh pekerjaan. Kurang mampu mempercayai atau mendelegasikan pekerjaan pada orang lain.
  4. Kalau sedang beristirahat karena cuti atau sakit, misalnya selama satu minggu, maka usahanya akan ikut berhenti. Atau berjalan tapi tidak maksimal.
  5. Pendapatannya terbatas pada seberapa keras mereka bekerja. Semakin besar pendapatan yang ingin mereka dapatkan, maka akan bekerja semakin keras.
  6. Tidak memiliki perencanaan keuangan jangka panjang, atau pendapatannya bersifat insidental. Kebutuhan keuangannya menyesuaikan dengan pendapatan dari usaha mereka.
  7. Ingin cepat untung, atau cepat mendapatkan penghasilan dari usahanya. Menyukai yang bersifat taktis, dan menghindari yang bersifat strategis.
  8. Memilih resiko-resiko yang paling kecil dengan cara menghindari investasi jangka panjang, karena menganggap resikonya terlalu besar.
  9. Masih menyukai hal-hal yang bersifat konsumtif dari pada investasi.
  10. Termasuk diantara orang yang memiliki pardigma pekerja lepas atau pengusaha kecil adalah dari menjadi tukang jahit di rumah, makelar motor, makelar tanah, dokter yang membuka praktek di rumah, pengacara lepas, konsultan lepas, pemilik toko kecil-kecilan di rumah dan lain-lain.
  11. Dari berbagai statistic secara umum jumlah mereka cukup besar atau sekitar 15 sampai 18%.

Kelompok III: Paradigma Pengusaha

  1. Ingin menjadi pengusaha dan tidak suka bekerja pada orang lain, namun suka mengembangkan kerjasama.
  2. Suka berbagi pekerjaan dengan orang lain, biasanya ingin memiliki karyawan dan mitra bisnis yang sebesar-besarnya.
  3. Melihat potensi pendapatan keuangan (kekayaan) sebagai sesuatu yang tidak terbatas, dan bebas untuk dikembangkan.
  4. Melihat kesuksesan sebagai sebuah proses yang tidak pernah berhenti. Tidak cepat puas dan ingin selalu berkembang.
  5. Memiliki pemikiran jangka panjang dengan melihat kerugian maupun kegagalan sebagai sebuah proses belajar.
  6. Berani berpikir terbuka untuk mengembangkan paradigmanya sendiri, dan mampu menghormati dan memahami perbedaan paradigma.
  7. Menggabungkan upaya taktis dan strategis dengan terus mengembangkan analisa usaha.
  8. Memiliki keinginan kuat, dengan mengembangkan sifat sabar, tekun dan ulet.
  9. Bekerja cerdas bukan bekerja keras, dengan terus mengembangkan sikap kreatif.
  10. Memiliki kebiasaan menggunakan uang untuk investasi, dari pada konsumsi. Pinjaman dilakukan untuk investasi bukan untuk hal-hal yang bersifat konsumtif.
  11. Hanya sedikit orang yang memiliki paradigma pengusaha. Hal ini dapat dilihat jumlah pengusaha yang ada di Indoensia. Menurut bebagasi statistic jumlah pengusaha besar di Indonesia baru sekitar 0,18 % atau sekitar 400.000 pengusaha. Padahal menurut David McClelland dibutuhkan minimal 2 % atau sekitar 5.000.000 pengusaha agar sebuah Negara menjadi makmur.

Kelompok IV : Paradigma Investor

  1. Tidak ingin bekerja pada orang lain dan tidak ingin membangun usaha sendiri namun mereka ingin mengembangkan uangnya dengan cara menginvestasikan (menanam saham) pada perusahaan atau usaha orang lain.
  2. Melihat uang bisa berkembang secara luas dan tak terbatas.
  3. Berani mengambil resiko kehilangan uang.
  4. Memiliki pemikiran jangka panjang.
  5. Memiliki kebiasaan investasi, bukan kebiasaan membelanjankan uang untuk kesenangan (konsumtif)
  6. Kebanyakan (hampir semua) investor sukses bermula dari pengusaha sukses.

PARADIGMA MANA YANG PALING BAIK?
Paradigma tidak untuk menilai baik dan tidaknya seseorang, tetapi cara untuk memetakan cara berpikir atau cara pandang seseorang. Di hampir semua pekerjaan atau usaha ada potensi untuk menjadi baik maupun buruk.

Paradigma lebih berkaitan erat dengan mentalitas seseorang yang lahir karena pola pikir/cara pandang. Untuk merubah paradigma dibutuhkan tekad dan semangat yang besar, seperti meledakkan sesuatu dalam diri anda.

Untuk merubah paradigma dalam diri anda, salah satu cara yang bisa membantu adalah merenungkan pertanyaan di bawah ini :

Apa untung dan rugi menjadi pekerja, pekerja lepas (pengusaha kecil), dan pengusaha besar? (dalam jangka pendek dan jangka panjang)

Tulislah tujuan (harapan) anda dalam jangka 1 tahun, 5 tahun, 10 tahun dan 20 tahun

Tulislah dalam sebuah kertas di mana anda bisa mengevaluasi dan menyempurnakan jawaban anda. Cobalah untuk sering mengamati (memperhatikan) orang-orang disekitar anda, yang menjadi pekerja, pekerja lepas (pengusaha kecil) dan pengusaha besar.

Amati, dekati dan jadikan teman berbagi. Telusuri masa lalunya sampai sekarang. Anda akan menemukan banyak perbedaan yang bisa membuat hidup anda lebih cerdas. Bandingkan apa yang mereka pikirkan mengenai uang, pekerjaan, karir, rencana-rencana mereka, tujuan dan sikap mereka. Apa yang yang anda temukan?

Kalau anda ingin jadi pengusaha, pilihlah orang-orang yang memiliki paradigma pengusaha atau barangkali pengusaha sukses untuk menjadi tempat berbagi dengan anda secara berkala dan berkelanjutan. Secara bertahap kembalilah ke pertanyaan di atas, temukan energi baru dalam diri anda yang muncul karena perubahan paradigma anda sendiri. Keinginan-keinginan anda dan keberanian anda untuk membuat langkah baru. (www.mmfaozi.com)

0 komentar:

Posting Komentar

 
Powered by Blogger